Selasa, 22 November 2011

masih kisah dalam puisi

Kumpulan puisi lama

Puisi 1
Ada yang terbaru yang bisa dikenal
Tapi ada sesuatu yang tak bisa dipahami
Mencoba berdiri, dan berkata-kata dengan lantang
Menjadi pioneer di negeri asing
Walau sekedar kegombalan yang terlontar.
Perih mendengarnya,
Kaku meneriakannya,
Siapa yang perduli,
Dan tak kan ada yang perduli
Berlari dari mimbar kemunafikan
Berhamburan meninggalkan majelis kesinisan
Andai………………, tak lagi terjual,
Kalau………………, tak lagi laku,
Jika ……………….., tak lagi diucapkan
Pergilah ! aku jenuh!
Pergilah ! aku mual !
Pergilah ! aku bosan !





Puisi 2  (2004)
Dalam dari kandang peraduan
Yang sulit meraba resah
Menepis galau……………
Lupa gemercik air yang menetes……..
Memalung batu padat,
Bertahun-tahun……
Di tengah perenungan panjang
Berzikir………….memaku kekakuan hidup
Bersalawat……….menjejalkan nafsu rindu
Hingga sadar,
Kepalsuan mengatapi nurani
Kedustaan di ujung lidah
Kejujuran seperti dikebiri
Kebajikan seperti bunga layu
Yang sulit ditebarkan………….
Hantam jiwa melerai  lusuh
Mengurai tulang-tulang tubuh
Kemanakah kepalaku yang hilang…?






Puisi 3  (2004)
Malam !
Kau terbungkus kabusst pekat
Menemani rembulan di dinding langit
Sembari menggantung harapan esok hari
Bukit, gunung, lembah dan hamparan lautan,
Mengadu resah,
Kepiluan sahabatnya manusia,
Tapi tidak sebaliknya……………
Merambat siang manusia membuka kesialannya
Merampas hak-hak alam, bahkan dirinya sendiri.
Untungnya alam masih mau bersahabat
Mendekap erat cadas kepiluan manusia
Akrab selalu menyapa ramah penghuni bumi.
Jika sahabat mengerti……………
Betapa kasih alam tak bertepi…………
Tanpa pamrih dari siapapun.



Puisi 4 (2004)
Apa yang salah pada generasi ini ?
Mengapa kami tak perduli, jangankan pada yang lain, diri kami sendiri pun tidak dihiraukan. Siapa yang salah ?ayah ibu kami, lingkungan kami, guru-guru kami atau kami sendiri?
Mengapa begitu susah menghanyutkan naluri kami ke sungai peradaban.
Apakah yang salah?
Seperti berada di negeri asing
Suasana yang muram seram, tanpa gemintang- indah menghiasi malam
Biduk generasi hampir berpaling
Kapal sepertinya akan oleng
Sebab penumpang mabuk minuman keras, bukan mabuk laut, tak terkendalikan.
Bau arak menyengat marak, menggelembungkan lambung yang membutuhkan tabung pengganti
Inilah wajah-wajah generasi, anak negeri
Entah apa akan terjadi, jika semuanya tak terkendali
Oh………….Allah pemilik bumi, benarkah jalan kami?
Yang menyesatkan diri demi nama kami di bumi ini.
Oh………...Allah pemilik diri kami neraka apa yang pantas untuk kami?
Tak pantas kami menyebut surga Mu, apalagi menginginkannya
Kamilah generasi perusak ummat
Senang hati kami melihat ummat-ummat tersesat ,Kamilah syaitan itu
Oh……….Allah pemilik alam semesta!
Kami memang buta……….
Kami tak mengerti makna cinta Mu
Yang kami tahu kami tak punya rasa
Oh…………….Allah kekasih kami!
Masih adakah jalan lain menuju Mu?


JIKA BISA KU PERGI ( RUMAH CINTA)
Jika bisa ku pergi ke negeri
Yang tak membelenggu hatiku bertahun-tahun lamanya
Maka aku akan pergi……………..

Sekarang aku hanya pergi sesaat
Dan kemudian kembali
Ke tempat derita itu
Derita yang membelenggu ku bertahun-tahun

Ku dendangkan nyanyi  sunyi………..
Di sepanjang jalan penantian
Seperti musafir dan fatamorgana
Yang kehausan di perjalanan

Kemana kebebasan yang ku cari ?
Mengapa aku dibelenggu seperti  ini?
Bisakah  ku temukan ?
Sungai yang mengaliri air dengan bebas

Masih adakah harapan …………
Berada di rumah cinta yang damai
Rumah kebebasan yang mengungkapkan rasa
Menyatukan jiwa, menyairkan kata

Sehingga ku tak lagi berlari
Mencari persinggahan lain
Sekedar untuk bebas dari belenggu Karena rumah cinta ku telah kutemukan



DUHAI KEMUDAAN
KAU DATANG DENGAN KESENANGAN
DAN PERGI DENGAN KEIKHLASAN
JANGAN BERTANYA KEMANA WAKTU MEMBAWANYA TERBANG
KEMANA JUA DIRI MELANGKAH
BAYANGAN SELALU MENGIKUTI
SEPERTI JANJI MENGIKUTI HATI

                                                                           (25 FEBRUARI 2005)

MATAHARI !
KEMANAKAH KAU MENGHILANG
KETIKA AKU MENCARI……………..
                                                                ADAKAH KAU BERTENGKAR……………………
                                                                DIANTARA AWAN ?
                                                                MENGINTIP KEBEKUAN HATI YANG BERSEMAYAM DI LEMARI ES.

                                                                       





Sang dosa
Duhai jiwa yang merana!
Yang mematahkan tulang-tulang tubuh
Rapuh sudah hati
Terikat nasib dunia di tangan Mu
                                                                                   Oh nestapa kedukaan
           Kemana tuan merangkak
           Mencari
           Di bumi Mu yang ku injakkan
Sesungguhnya akulah sang dosa
yang memakai pakaian keislaman
Dan berkerudung keimanan
Sementara di hati
Kubiarkan kau sendiri
                                                                                Galau bukannya menghalau
        Kacau datang berganti
        Biduk menjadi tak terkendali
        Rupa diri yang asli tengadah
 Inilah diri yang asli
Menyatakan cinta tak terbukti
Kiranya datang mati
Apakah yang terjadi
Mengeluh sepanjang hari
Tanda tak berterima kasih
Dirilah sang dosa
Tak bisa membawa diri
        2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar