Selasa, 22 November 2011

JIKA MASIH MUNGKIN BERUCAP MAAF


                Tidak ada yang perlu dibantah atau diperbaiki, apapun yang dilakukan semua sudah terjadi. Barangkali hanya menunggu waktu kapan amarah akan meledak, tangis akan pecah, dan gempalan tinju akan mendarat di muka orang yang tidak disukainya. Semacam dendam yang mendalam yang diwariskan nenek moyang keturunannya dan dendam itu harus dimuntahkan sehingga tidak menggumpal menjadi darah daging menurun sampai ke keturunan selanjutnya. Tidak mudah uraikan kata maaf tapi kemudian mengulang kembali kesalahan-kesalahan lama, sungguh perbuatan bodoh!, tapi apa mau dikata begitulah adanya.
                Kebencian yang bertahun-tahun bersemayam di dalam hati, karena pengkhianatan dan kesetiaan yang tak berbalas sudah tak layak lagi untuk ditumpuk di dalam kamar hati. Hanya akan mengotori jiwa, menyia-nyiakan  waktu memikirkannya, lebih baik mengosongkannya untuk ditempati dengan sesuatu yang lain yang menyenangkan hati.Atau juga bahkan memberi ruang baru untuk memaafkan ketidakenakan itu. Bisakah kepercayaan kembali pulih, putih seperti  awalnya, dan menempatkan ruang yang paling indah di sudut hati? Namun apa hendak dikata semu itu belum bisa diwujudkan.
                Membangun apa yang pernah dibangun, setelah merusaknya, meluluhlantahkah semua yang pernah dibangun bersama, apa mungkin masih ada kesempatan untuk menerima dan diterima seperti sediakala? Rasanya memang sulit. Apa yang harus ku lakukan? Masih adakah kemungkinan berucap maaf dan dimaafkan tanpa tendensi apapun dan dari siapapun? Tidak mengertikah dimensi waktu akan keinginan yang terbentuk oleh fenomena dari bias fatamorgana. Bagaimana memberi dan menerima apa yang tak layak lagi untuk dianggap sebagai keindahan, meskipun semua berawal dari keindahan. Mata telah salah memandang, tapi rasa waktu itu tidak memberi sinyal apapun, hanya senyum yang mengembang menyambutnya, semua terasa berbeda dengan hari ini, hari yang telah membentuk lukisan gelap, hanya kanvas hitam. Kanvas yanag ditaburi cat hitam bukan noda.
                Kehilangan dalam bentuk apapun memang menyakitkan, sekecil apapun ia akan menoreh rasa perih. Wajahku boleh menampilkan kecerian dan kegembiaraan yang meluap-luap, tapi luka pun tak mau kuungkapkan dengan wajah kusut masai seumpama tapai, walau semua orang tahu aku dalam duka yang banyak orang pernah mengalaminya, jadi aku tidak sendiri, tapi ini bukan keinginanku. Terkadang ada rasa putus asa yang dalam. Memaafkan adalah kelegaan, kebencian adalah sakit yang dipelihara seperti menjaga mutiara dari mata pencuri, alangkah tidak nyamannya keadaan seperti ini.Entah kapan hati menerima keadaan serupa ini, dan memberi kata maaf, yang sebenarnya kata maaf itu telah lama bersemanyam di lubuk hati.hanya saja belum keluar dari mulut dan disampaikan kepada si pemohon maaf.Barangkali harus banyak belajar dari kegagalan, penderitaan dan kesengsaraan, barulah bisa menjadi bijaksana menyikapi persoalan hidup yang pelik ini. Tapi karena perasaan cinta yang begitu dalam namun  terasa perih ketika datang khianat yang telah merobek-robek rasa. Sehingga menjadi sulit menerima kenyataan untuk  memaafkan. Tinggallah benci yang begitu dalam. Membungkusnya dalam kemasan kebijaksanaan adalah hal tersulit.

                Pernah aku berpikir, ketika rasa menderita itu menikam ulu hatiku, untuk meninggalkan orang-orang yang mengenalku di dunia ini, dan pergi ke negeri yang tak berpenghuni, tapi bukan mati, walau aku tidak takut mati tapi aku belum mau mati.Bumi sepertinya akan runtuh dan sangat tidak berpihak padaku.Tidak kepada siapapun berani kuungkapkan bahwa seseorang yang disayangi, yang pernah berjanji dengan sepenuh cinta yang ia miliki untukku, dengan jelas dan tanpa rasa menghujam belati ke ulu hatiku, persis seperti ketika ia katakana cintanya kepadaku, indah tak terbayangkan, begitu pula ketika ia hujamkan rasa tak sukanya padaku, sakitnya juga tak terbayangkan.Cinta semacam apa yang ia miliki. Mungkinkah ketika ia temukan perempuan di depan matanya berpalinglah ia dari cintanya padaku, dengan gampangnya ia katakan untuk putuskan tali yang telah ia ikat  dengan ikatan atas nama Tuhan. Bolehkah aku menyebutnya orang paling kejam. Kesalahan memilihnya sebagai pasangan hidup, kesalahan terlalu cepat menilai ketulusan cintanya.Hanya kepada mu kawan berani kuungkapkan semua resah gelisahku yang hampir menghacurkan hari-hariku. Untung nya Tuhan telah menghadirkan dirimu menjadi teman ku, membesarkan hatiku yang remuk redam, menguatkan nyaliku untuk terus menyala dan melawan getirnya hari-hari yang kulalui . Jika ku sanggup membunuh jiwa raganya  akan ku lakukan, sayangnya itu tak mungkin ku sanggupi, biarlah ku serahkan pada Tuhan yang menciptakannya. Hanya yang ku tahu adalah bahwa aku tak sanggup bersamanya, ku tidak mau memaafkannya, dan ku mau ia mati  membawa perihnya luka hatiku. “Tuhan lah yang sanggup mencabut nyawanya”, kiranya penderitaanku akan terbang bersama hembusan nafasnya menghadap Sang Pencipta.
                Perasaan cinta dan benci memang dua hal yang berbeda, namun kadarnya sama. Perasaan yang membuat aliran darah berhenti mengalir, rasanya seperti mati.rasa yang tidak ada bandingannya. Rasa yang tak terkendali. Rasa yang dikuasai emosi senang dan benci yang membenam dalam di hati pemilik cinta dan benci. Perasaan cinta menimbulkan maaf yang sebesar-besarnya atas apapun yang terjadi, sebaliknya perasaan benci menimbulkan dendam dan marah, melupakan semua keindahan dan kebaikan yang pernah terjadi. Tidak bersisa sedikitpun buah manisnya, yang tinggal Cuma pahit.
                Temanku, betapa rumitnya perjalanan cinta itu, tidak terbayangkan olehku ketika perasaan cinta tengah membelai hatiku (yang aku tidak tahu kalau sebenarnya ia sedang menari-nari mempermainkan hatiku yang suci murni belum tercemar oleh cinta apapun) sebenarnya cinta itu pun sedang menyayat hatiku pelan-pelan dan akhirnya sampailah ia ke pusaran air yang paling ganas dan berbahaya, ia menenggelamkan ku dalam kekecewaan dan luka yang dalam. Aku takut aku membenci cinta itu sendiri.Aku takut aku membelenggu diriku sendiri dalam keterpurukan rasa. Aku takut ketegaranku menyimpan kelemahan yang tidak ada obatnya.Walau sebenarnya teman, seharusnya aku bersyukur bahwa Tuhan menyayangiku, Ia beri aku jalan hidup seperti ini, karena Ia sangat tahu diriku. Karena cinta aku menjadi lalai dan ingkar kepadaNya, aku melupakan perasaan cintaku kepadaNya. Aku jarang bahkan tidak pernah lagi berlama-lama bercengkrama denganNya dalam renungan-renungan malam yang panjang, aku benar-benar lupa diri, lupa kepadaNya. Tapi aku tak membuangnya, Ia selalu ada di hatiku. Aku memang manusia sombong, aku manusia hina. Aku sudah menghancurkan diriku dalam cinta dunia yang patamorgana, aku hanya  memasuki cinta  kepada manusia yang hampa tanpa esensi, Ia menegurku, karena sebelum hari ini aku pernah berdoa kepadaNya, untuk menolongku dari ketersesatan ku, aku selalu memikirkanNya. Dan inilah jawaban permintaan doaku.Aku tahu Ia lebih mengetahui diriku dan niat manusia terhadapku. Sehingga ia beri jalan ini kepadaku, semoga aku beruntung temanku. Sebelum ajal menjemputku semua alur hidup ini telah aku jalani, aroma pahit manis,asam  dan hambar telah kucicipi. Cerita hidup telah lengkap untuk diresapi dan dimaknai. Semoga Tuhan penuntun jalanku selalu berpihak kepadaku dan selalu merangkulku dalam cinta dan kasihnya yang dalam. Hanya kepadaNya aku kembali. Walau banyak pengkhianatan aku lakukan, Ia masih menegurku dengan caraNya sendiri. KemurahanNya tanpa pamrih, cintaNya tak bertepi, setiap kegelisahan, kegalauan dan kekacauan terhapus dengan rasaNya yang tidak pernah berpaling.Sekalipun aku merasa Tuhan mendiskriminasikan ku dengan  manusia  lain, Ia memberikan kelebihan dan keberuntungan kepada orang-orang lain, tapi berbeda denganku. Aku merasa tidak seberuntung orang-orang lain, entah apa rencana Tuhan kepadaKu. Tapi teman, aku yakin Tuhan telah memilihku berbeda dari orang-orang lain, Ia yang tahu aku, Ia ciptakan aku dengan keinginanNya untuk menjadikan aku sesuatu yang berbeda dengan yang lain. Aku menjadi kuat krena Ia menguatkanku dengan keyakinanku kepadaNya.Ia ada dan bersemayam dalam hatiku dan mengalir dalam darahku. Meskipun selalu bertabrakan ketika aku melakukan pengkhiatan kepadaNya, Ia tetap menegurku dan menerimaku kembali  padaNya sesuai keinginanku untuk berada di jalanNya  dan tak ingin berpisah darinya.
                Teman, kau tahu bahwa aku kuat melawan dari sekian banyak gelombang kehidupan, yang pada awalnya aku merasa aku tak sanggup menanggung nya. Kekuatan Tuhan telah menyambar ke seluruh tubuhku, mengayuh hatiku, berjuang melawan dilemma hidup.Beratnya beban hidup dan ancaman hati yang datang silih berganti terasa tidak kuat untuk ditanggung sendiri, tanpa berbagi dengan siapapun. Tahukah kau teman, banyak teman dan kawan-kawan dekat, tapi tidak ada yang tahu bagaimana dilemma hidup sedang menerpaku bahkan keluargaku sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi dan sedang kualami di hari-hari panjangku, karena aku memang tidak berkeinginan untuk berbagi kedukaan ataupun penderitaan. Biarlah ini menjadi  cerita hidupku, dan berhadapan dengan Tuhanku dengan segala kerelaan dan keridhoanNya. Diakhir  hayat,  ku membawa semua rasaku dengan ringan, tanpa rasa malu, tanpa  kegelisahan.Sambutan maaf dariNya adalah pengharapan terbesar dalam hidupku. Tanpa maafNya  aku bagaikan kayu bakar yang hanya akan menjadi abu tanpa kebermaknaan.
                Teman, bolehlah kau menertawakan hidupku, aku pasrah, aku ikhlas dengan semua yang terjadi padaku. Akan bagaimana cerita hidupku, aku pun tidak tahu. Terkadang memang aku lelah dengan semua  ini, Cuma pasrah yang aku miliki kini, aku hanya akan mengalir bagai air sampai ke tempat yang paling damai yang menampung hidupku.Aku ingin menyatukan lembaran-lembaran yang robek dengan perekat cinta Illahi dan menyimpannya dalam album kehidupan.Ku tulis lagi lembaran-lembaran putih dengan kisah kehidupan baru dalam naungan cinta Illahi Rabbi.

                                                                                                                Pangkalpinang, 25 Maret 2010
                                                                                                                By Tahya Aminah

ini Ali Shabara Zhafiro sudah berumur 8 bulan

"Bangun tidur ku langsung makan.
Habis makan kulangsung mandi.
Habis mandi ku tolong ibu, mengencingi tempat tidurku"
ini lagu Ali dan mama kalo lagi mandi pagi. tapi bukan untuk mengubah lagu ini, gak ada maksud lah.
biasanya Ali akan ketawa ketiwi mendengarkan lagu ini sambil main air, dan acara mandi pagi pukul 6.00 pagi akan berjalan lancar.
Ini photo Ali bangun tidur. Dia kan suka diphoto.hehehe...........anak ku sayang emang menggemaskan.

masih kisah dalam puisi

Kumpulan puisi lama

Puisi 1
Ada yang terbaru yang bisa dikenal
Tapi ada sesuatu yang tak bisa dipahami
Mencoba berdiri, dan berkata-kata dengan lantang
Menjadi pioneer di negeri asing
Walau sekedar kegombalan yang terlontar.
Perih mendengarnya,
Kaku meneriakannya,
Siapa yang perduli,
Dan tak kan ada yang perduli
Berlari dari mimbar kemunafikan
Berhamburan meninggalkan majelis kesinisan
Andai………………, tak lagi terjual,
Kalau………………, tak lagi laku,
Jika ……………….., tak lagi diucapkan
Pergilah ! aku jenuh!
Pergilah ! aku mual !
Pergilah ! aku bosan !





Puisi 2  (2004)
Dalam dari kandang peraduan
Yang sulit meraba resah
Menepis galau……………
Lupa gemercik air yang menetes……..
Memalung batu padat,
Bertahun-tahun……
Di tengah perenungan panjang
Berzikir………….memaku kekakuan hidup
Bersalawat……….menjejalkan nafsu rindu
Hingga sadar,
Kepalsuan mengatapi nurani
Kedustaan di ujung lidah
Kejujuran seperti dikebiri
Kebajikan seperti bunga layu
Yang sulit ditebarkan………….
Hantam jiwa melerai  lusuh
Mengurai tulang-tulang tubuh
Kemanakah kepalaku yang hilang…?






Puisi 3  (2004)
Malam !
Kau terbungkus kabusst pekat
Menemani rembulan di dinding langit
Sembari menggantung harapan esok hari
Bukit, gunung, lembah dan hamparan lautan,
Mengadu resah,
Kepiluan sahabatnya manusia,
Tapi tidak sebaliknya……………
Merambat siang manusia membuka kesialannya
Merampas hak-hak alam, bahkan dirinya sendiri.
Untungnya alam masih mau bersahabat
Mendekap erat cadas kepiluan manusia
Akrab selalu menyapa ramah penghuni bumi.
Jika sahabat mengerti……………
Betapa kasih alam tak bertepi…………
Tanpa pamrih dari siapapun.



Puisi 4 (2004)
Apa yang salah pada generasi ini ?
Mengapa kami tak perduli, jangankan pada yang lain, diri kami sendiri pun tidak dihiraukan. Siapa yang salah ?ayah ibu kami, lingkungan kami, guru-guru kami atau kami sendiri?
Mengapa begitu susah menghanyutkan naluri kami ke sungai peradaban.
Apakah yang salah?
Seperti berada di negeri asing
Suasana yang muram seram, tanpa gemintang- indah menghiasi malam
Biduk generasi hampir berpaling
Kapal sepertinya akan oleng
Sebab penumpang mabuk minuman keras, bukan mabuk laut, tak terkendalikan.
Bau arak menyengat marak, menggelembungkan lambung yang membutuhkan tabung pengganti
Inilah wajah-wajah generasi, anak negeri
Entah apa akan terjadi, jika semuanya tak terkendali
Oh………….Allah pemilik bumi, benarkah jalan kami?
Yang menyesatkan diri demi nama kami di bumi ini.
Oh………...Allah pemilik diri kami neraka apa yang pantas untuk kami?
Tak pantas kami menyebut surga Mu, apalagi menginginkannya
Kamilah generasi perusak ummat
Senang hati kami melihat ummat-ummat tersesat ,Kamilah syaitan itu
Oh……….Allah pemilik alam semesta!
Kami memang buta……….
Kami tak mengerti makna cinta Mu
Yang kami tahu kami tak punya rasa
Oh…………….Allah kekasih kami!
Masih adakah jalan lain menuju Mu?


JIKA BISA KU PERGI ( RUMAH CINTA)
Jika bisa ku pergi ke negeri
Yang tak membelenggu hatiku bertahun-tahun lamanya
Maka aku akan pergi……………..

Sekarang aku hanya pergi sesaat
Dan kemudian kembali
Ke tempat derita itu
Derita yang membelenggu ku bertahun-tahun

Ku dendangkan nyanyi  sunyi………..
Di sepanjang jalan penantian
Seperti musafir dan fatamorgana
Yang kehausan di perjalanan

Kemana kebebasan yang ku cari ?
Mengapa aku dibelenggu seperti  ini?
Bisakah  ku temukan ?
Sungai yang mengaliri air dengan bebas

Masih adakah harapan …………
Berada di rumah cinta yang damai
Rumah kebebasan yang mengungkapkan rasa
Menyatukan jiwa, menyairkan kata

Sehingga ku tak lagi berlari
Mencari persinggahan lain
Sekedar untuk bebas dari belenggu Karena rumah cinta ku telah kutemukan



DUHAI KEMUDAAN
KAU DATANG DENGAN KESENANGAN
DAN PERGI DENGAN KEIKHLASAN
JANGAN BERTANYA KEMANA WAKTU MEMBAWANYA TERBANG
KEMANA JUA DIRI MELANGKAH
BAYANGAN SELALU MENGIKUTI
SEPERTI JANJI MENGIKUTI HATI

                                                                           (25 FEBRUARI 2005)

MATAHARI !
KEMANAKAH KAU MENGHILANG
KETIKA AKU MENCARI……………..
                                                                ADAKAH KAU BERTENGKAR……………………
                                                                DIANTARA AWAN ?
                                                                MENGINTIP KEBEKUAN HATI YANG BERSEMAYAM DI LEMARI ES.

                                                                       





Sang dosa
Duhai jiwa yang merana!
Yang mematahkan tulang-tulang tubuh
Rapuh sudah hati
Terikat nasib dunia di tangan Mu
                                                                                   Oh nestapa kedukaan
           Kemana tuan merangkak
           Mencari
           Di bumi Mu yang ku injakkan
Sesungguhnya akulah sang dosa
yang memakai pakaian keislaman
Dan berkerudung keimanan
Sementara di hati
Kubiarkan kau sendiri
                                                                                Galau bukannya menghalau
        Kacau datang berganti
        Biduk menjadi tak terkendali
        Rupa diri yang asli tengadah
 Inilah diri yang asli
Menyatakan cinta tak terbukti
Kiranya datang mati
Apakah yang terjadi
Mengeluh sepanjang hari
Tanda tak berterima kasih
Dirilah sang dosa
Tak bisa membawa diri
        2005