Sore itu menjelang tenggelamnya matahari, dan burung-burung beterbangan kembali pulang, awanpun berarak menyatu dengan datangnya pekat malam . Kesunyian magrib membungkam rasa terasa semakin hampa, pilu menyelimuti luka, nelangsa jiwa bercampur kegalauan.Hanya kepada Nya keluh kesah jiwa diadukan, karena manusia tak dapat membendung dukanya sendiri.Terlalu rumit hidup ini, terlalu pelik dilema-dilema yang hinggap di hidup manusia. Bila bisa ku raih ketenangan, kedamaian, kesenangan, dan berjuta rasa indah, mungkin cerita akan menjadi lain. Tidak akan ada prahara dimana-mana, dan juga tidak akan ada variasi hidup. Tapi ujian-ujian itu terkadang tak sanggup untuk dijawab, entah bagaimana harus mengatasinya. Pertahanan sabar terkadang pun hampir jebol oleh kekesalan dan kekecewaan yang entah pada siapa kekecewaan itu ditujukan. Seolah tidak percaya bahwa Tuhan telah merencanakan seluruh hidup ini, tapi bukankah, kita dianjurkan untuk berbuat dan berusaha sebelum takdir benar-benar sampai ke hadapan kita. Sungguh tak dapat dipungkiri perasaan tidak puas dan tidak sabar merasuki hati. Usaha demi usaha telah dilakukan untuk mengisi dan mengubah hidup menjadi lebih baik dari hari ini, namun apa hendak dikata, manusia berencana Tuhan jua yang menentukan, hanya pasrah yang dapat dilakukan.
Sambil menunggu bergulirnya waktu dan angin berhembus menyegarkan panasnya hati di tepian penantian tak berujung.Dengan segala cibiran dan hinaan yang tidak berhenti seperti tidak berhentinya masa penantian. Kemana sebenarnya nasib membawa perasaan, apakah ke lautan luas, ke langit ke tujuh, atau ke hutan belantara yang liar?Bernafas pun menjadi tersengal-sengal dalam gendongan hari-hari yang tak jelas arahnya.Seperti lembayung merah di tepian langit di atas lautan, sendu sahdu, antara kepiluan, kesedihan, keperihan dan berjuta kata merana yang tak berkesudahan. Semoga sore yang sahdu menawarkan janji baru yang menempati ruang realita, harapan dan bukan patamorgana, seperti hari-hari lalu.
Betapa indah khayalan sore, menari-nari di ujung mata, pikiran melayang menerobos masa beberapa tahun ke depan, seumpama reinkarnasi, seolah ingin berada di zaman sebelum dan sesudah kematian.Entahlah hidup menjadi sangat ragu, apakah benar atau salah.Mungkin khayalan ini akan membantu melunakkan suasana yang begitu tegang, terkadang sangat bahagia, tapi terkadang sangat berduka seperti saat ini.Menoleh kebelakang, memutar semua kejadian seolah kejadian hari ini yang menjadikan hati begitu nelangsa tidak ada, yang ada adalah variasi indah dan buruk datang dan pergi seiring berlangsungnya waktu.