Selasa, 16 Februari 2010

Dendang suara hati

            Datang senang tiba-tiba seperti mendapatkan rezeki yang tiba-tiba pula. 
Datang sedih tiba-tiba seperti hadirnya petaka tiba-tiba
Mestikah kombinasi keduanya mampu mendendangkan suara lain dari kehidupan?
Kemanakah hidup ini kan diarahkan?
Padahal semua jawaban itu sudah diketahui sejak lama, cuma entah mengapa pertanyaan semacam itu terus muncul dan selalu ingin dimunculkan. Mungkinkah hanya untuk membebaskan diri dari rasa bersalah? atau memang tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi?
            Entah tidak tahu atau sengaja tidak tahu, perjalanan hidup yang seharusnya berjalan sesuai aturanNya dengan tiba-tiba menjadi berubah, berbeda dari yang sebenarnya.Apa sebenarnya yang dicari manusia. Senang yang bagaimana?, atau sedih yang bagaimana. Hidup yang mudah menjadi begitu sulit.Aturan hidup dibuat hanya untuk mereka yang membutuhkan, bukan lagi untuk rakyat kebanyakan. Kepentingan individu, kelompok  di atas segala-galanya. Dan jika datang masalah dalil untuk kepentingan orang banyak menjadi alasan." Tameng", adalah kata kuncinya.Dari sejak ribuan tahun yang lalu, manusia-manusia semacam ini telah ada dan terus ada. Yang paling parahnya lagi lebih dari separuh manusia di bumi ini bersipat semacam itu.Pemegang kekuasaan biasanya pelopor pertama meretas jalan galau ini.Dan penerusnya adalah generasi tanpa ilmu pengetahuan yang jelas, ilmu agama yang compang camping, perhatian yang keliru dari para orang tua. Semua terjadi karena setiap orang mengimplementasikan diri sebagai manusia modern yang memisahkan diri dari norma-norma dan nilai-nilai spiritual. Sekulerisme adalah landasan yang dipegang erat, sebab hidup menjadi berpatokan dan berkiblat pada barat yang sekuler. Barat adalah segala-galanya, pelopor kemodernan,pelopor kemerosotan moral, cermin bangsa besar yang berjaya di muka bumi. Barat juga telah memberi perubahan besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan, baik yang berguna sekaligus menghancurkan peradaban. Dengan bangga orang-orang timur memakai label barat, bertingkah seperti masyarakat barat tapi berpikir layaknya masyarakat pedalaman yang belum kenal ilmu pengetahuan.
             Hidup ini rumit kerana keinginan untuk menentang aturan yang sudah dibuat begitu besar. Karena manusia merasa ia makhluk sempurna, maka kesempurnaannya  mengalahkan Sang Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar